about me

Foto saya
jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
ketika seni berbicara, maka mata,telinga,mulut dan hati kita juga akan serta merta ikut berbicara...seni tidak mengenal batasan,seni tidak mengenal akan kejenuhan...karena SENI adalah SENI

Senin, 23 Februari 2009

fakta di beberapa sudut mal besar


Jujur, pernah gak liat deretan rolling door yang masih tertutup dan tidak menunjukkan adanya 'kehidupan' didalamnya...pasti kebanyakan orang sudah pernah ato bahkan sering dan telah bias melihatnya? cukup miris rasanya...karena gambaran ini banyak kita temui hampir di semua mal yang sering kita kunjungi...mungkin kalo cuma kita liat di satu mal aja wajar...ya mungkin aja mal itu sepi...atau baru saja beroperasi...tapi kalo pemandangan ini di lihat hampir di semua mal yang udah lama berdiri kayaknya koq aneh ya? coba bayangin di salah satu sudut mal terlihat ramai dengan aktivitas perdagangan ,sementara di sudut yang lain sepi sunyi aje...tepatnya seh di sudut2 mal yang letaknya agak ke belakang atau jauh dari titik ramai, padahal untuk membangun sebuah mal baru dibutuhkan biaya yang tak sedikit besarnya...sayangnya tidak didukung oleh keadaan masyarakat pendukungnya...ya, mungkin aja masyarakat sudah mulai jenuh dengan berjamurnya mal-mal baru...sudah jenuh dengan keadaan yang memaksa mereka untuk menghambur2kan uang untuk sekedar hang out ke mal...biasanya,mal yang baru berdiri hanya ramai ketika baru beberapa hari beroperasi...tapi coba tengok lagi ke sana setelah beberapa bulan...deretan rolling door yang sedianya untuk 'menjaring uang' hanya tinggal sebuah deretan bangunan yang tak berarti apa2...bahkan seperti tak pernah disentuh oleh kehidupan...dibiarkan begitu saja tanpa perawatan...berdiri kokoh namun kosong...apalagi kalo mal itu berlantai banyak...pasti yang 'hidup' hanya lantai2 bagian bawah saja...sementara lantai2 atas lainnya hanya sebagai 'saksi' bahwa mal itu berdiri...sangat memprihatinkan...pemandangan yang kontras sekali...si sisi yang lain kenyataan berkata lain...banyak masyarakat yang tak punya tempat tinggal...hidup di kolong jembatan hanya dengan beratapkan kardus2 tak layak...bahkan ada yang hanya beratapkan langit Sang Pencipta...di kala siang melihat teriknya mentari...di kala malam melihat kelamnya dunia...bertaburan bintang2 yang tak mungkin bisa tersentuh tangan mereka...andai bisa lebih bijak...kenapa tak lebih dulu memikirkan bagaimana nasib mereka yang tak punya tempat tinggal? daripada menguras uang membangun mal yang ujung2nya hanya 'dihuni' deretan rolling door kosong yang mungkin lebih pantas disebut seperti MUSEUM...salah siapa?mencoba tuk merenungkan kembali sebuah kenyataan...

(",)cheers

Tidak ada komentar: